Implementasi 7'S Mc Kensey, Trickle Down Effect, Dan Industri 4.0 Dalam Badan Usaha Koperasi
1. 7'S McKensey
Kerangka 7S dari McKinsey atau yang lebih dikenal dengan McKinsey 7S
Framework adalah sebuah model manajemen untuk melihat seberapa efektif
organisasi dalam mencapai tujuan yang diinginkannya. Memang ada beberapa
model dan analisa yang dapat digunakan untuk menentukan di posisi mana
organisasi kita berada. Baik itu menggunakan analisa eksternal, internal
atau pun keduanya. Salah satu model yang diyakini dan bertahan sampai hari
ini dengan menggunakan pendekatan internal adalah 7S framework dari
McKinsey.
7S dapat digunakan untuk:
- Meningkatkan kinerja organisasi ataupun perusahaan.
- Meneliti efek kemungkinan perubahan masa depan terhadap organisasi
ataupun perusahaan.
- Menyelaraskan departemen-departemen dan proses-proses yang digunakan
selama merger atau akuisisi.
- Menentukan cara terbaik untuk menerapkan strategi yang akan dijalankan
Dalam 7S ada 7 faktor yang masing-masing saling tergantung yang
dikelompokkan menjadi Soft & Hard elements.
Soft Elements lebih sulit dideskripsikan, less tangible dan
dipengaruhi budaya, yaitu : Shared Values, Skills, Style, Staff.
Hard Elements lebih mudah didefinisikan dan ditentukan dan manajemen dapat
langsung mempengaruhinya, yaitu: Strategy, Structure, Systems
Strategy: Rencana yang dirancang untuk mempertahankan dan membangun
keunggulan kompetitif dalam persaingan.
Strategi suatu organisasi dimaksudkan agar organisasi dapat memiliki arahan
yang jelas dan tegas tentang cara-cara yang dipakainya untuk mencapai
sasaran dan tujuan organisasi. Tanpa strategi yang jelas, setiap organisasi
akan berada pada kondisi seperti kapal yang berlayar tanpa pernah tahu ke
mana akan berlabuh. Dalam organisasi bisnis, strategi merefleksikan kajian
yang akurat tentang lingkungan bisnis, terutama aktivitas saat ini dan akan
datang dari para pesaing.
Berikut adalah beberapa pertanyaan untuk membantu mengeksplorasi &
memahami situasi Anda dalam hal kerangka 7S.
- Apa strategi kita?
- Bagaimana kita akan mencapai tujuan kita?
- Bagaimana cara kita menghadapi tekanan lingkungan kompetisi (competitive pressure)?
- Bagaimana cara kita menangani perubahan permintaan konsumen ( changes in customer demands)?
- Bagaimana strategi 'disesuaikan' dengan isu lingkungan?
Structure: Cara organisasi yang secara sistematis mengatur siapa
melapor kepada siapa.
Struktur organisasi sangat berpengaruh dalam kinerja sehari-hari. Struktur
dibuat sesuai dengan kebutuhan organisasi yang ada. Struktur yang tepat
akan membuat komunikasi menjadi efektif dan keputusan dapat dibuat dengan
cepat dan tepat.
Berikut adalah beberapa pertanyaan untuk membantu mengeksplorasi &
memahami situasi Anda dalam hal kerangka 7S.
- Bagaimana perusahaan / tim dibagi?
- Apa saja tingkatannya?
- Bagaimana mengkoordinasikan kegiatan berbagai departemen?
- Bagaimana anggota tim mengatur dan menyesuaikan diri?
- Apakah pengambilan keputusan dan pengendalian terpusat atau
desentralisasi?
- Dimana saja jalur komunikasi? Eksplisit dan implisit?
System: Prosedur untuk mengatur aktivitas yang dijalankan yang
melibatkan anggota organisasi untuk menyelesaikan pekerjaan
.
Jika sebuah perusahaan mempunyai sistem yang baik, maka akan sangat
memudahkan bagi perusahaan tersebut untuk melakukan operasional
sehari-hari. Sistem ini termasuk berbagai hal yang menyangkut perencanaan,
implementasi, kontrol dan evaluasi, anggaran, dan penghargaan.
Berikut adalah beberapa pertanyaan untuk membantu mengeksplorasi &
memahami situasi Anda dalam hal kerangka 7S.
- Apa sistem utama yang menjalankan organisasi?
- Di mana saja letak peran kontrol dalam organisasi? Bagaimana peran
kontrol di monitor dan di evaluasi?
- Aturan dan proses apa yang dipergunakan agar tetap on track?
Shared Values: Nilai-nilai inti perusahaan yang telah menjadi budaya.
Merupakan suatu guideline bagi para anggota organisasi untuk tumbuh dan
berkembang. Berikut adalah beberapa pertanyaan untuk membantu
mengeksplorasi & memahami situasi Anda dalam hal kerangka 7S.
- Apa nilai-nilai inti perusahaan? (core values)
- Apa saja budaya perusahaan?
- Seberapa kuat nilai-nilai ini diterapkan?
Style: Gaya kepemimpinan yang digunakan.
Style merujuk kepada gaya kepemimpinan yang digunakan dalam organisasi.
Gaya manajemen (kepemimpinan) organisasi merupakan hasil perpaduan antara
kelima elemen lainnya. Elemen-elemen tersebut menentukan gaya kepemimpinan
seperti apakah yang paling tepat agar organisasi dapat mencapai sasaran dan
tujuannya secara efektif dan efisien. Kepemimpinan yang tangguh pada semua
lini, dan terutama pada jajaran top manajemen, akan memberikan dampak yang
dramatis bagi peningkatan kinerja bisnis. Kepemimpinan yang tangguh ini
juga diharapkan akan memberikan kontribusi penting bagi tumbuh dan mekarnya
budaya organisasi yang berorientasi pada prestasi atau performance-based culture.
Berikut adalah beberapa pertanyaan untuk membantu mengeksplorasi &
memahami situasi Anda dalam hal kerangka 7S.
- Seberapa sering gaya kepemimpinan ini digunakan?
- Seberapa efektif hasilnya?
- Apakah anggota tim menjadi lebih kooperatif atau kompetitif?
Staff: Karyawan
Organisasi akan menentukan prasyarat orang-orang seperti apa yang dianggap
sesuai dengan keberadaan dan tujuan organisasi. Sebagaimana diketahui, jika
tujuan organisasi dan tujuan masing-masing individu di dalamnya tidak
searah, maka akan sangat sulit bagi organisasi tersebut untuk dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik.
Berikut adalah beberapa pertanyaan untuk membantu mengeksplorasi &
memahami situasi Anda dalam hal kerangka 7S.
- Spesialisasi apa yang harus ada dalam tim?
- Posisi apa yang harus diisi?
- Apakah ada kesenjangan kompetensi yang dibutuhkan?
Skills: Ketrampilan yang dibutuhkan organisasi.
Ketrampilan setiap individu di dalam organisasi merupakan unsur yang sangat
penting bagi keberhasilan organisasi untuk mencapai sasaran dan tujuannya
dengan efektif dan efisien. Karena itu, skills merupakan cerminan dari core competence organisasi, karena strategi yang disusun juga
merupakan refleksi atas skills yang ada. Esensinya adalah bagaimana sebuah
organisasi secara konstan mengembangkan ketrampilan (skills),
sikap kerja dan pengetahuan para karyawannya.
Merujuk pada best practice di Asia, setiap perusahaan sebaiknya
memberikan training minimal 40 jam (5 hari) setiap tahun kepada
setiap karyawannya. Tentu saja pelatihan dan pengembangan skills ini selalu
harus juga disertai dengan skema monitoring yang sistematis untuk
memastikan bahwa skills itu bisa diaplikasikan untuk melejitkan kinerja
bisnis.
Berikut adalah beberapa pertanyaan untuk membantu mengeksplorasi &
memahami situasi Anda dalam hal kerangka 7S.
- Ketrampilan apa yang paling kuat yang dimiliki tim /organisasi?
- Apakah ada kesenjangan keterampilan?
- Apakah karyawan saat ini / anggota tim memiliki kemampuan untuk melakukan
pekerjaan yang diberikan?
- Bagaimana kemampuan di monitor dan dan di nilai?
Model 7S ini dapat diaplikasikan untuk menjawab isu efektivitas di hampir
semua jenis organisasi termasuk koperasi. Jika ada sesuatu yang 'tidak
bekerja sebagaimana mestinya', maka dapat dipastikan ada ketidak
konsistenan di antara elemen-elemen 7S yang ada.
2. Trickle Down Effect
Trickle Down Effect adalah kegiatan ekonomi yang lebih besar diharapkan
dapat memberikan efek terhadap kegiatan ekonomi di bawahnya yang memiliki
lingkup yang lebih kecil. Namun, pada kenyataannya teori ini sudah tidak
berjalan seperti sebagaimana mestinya. Kenyataannya yang terjadi justru
trickle up effect atau efek muncrat ke atas. Orang-orang kaya cenderung
lebih mendapatkan kemudahan secara ekonomi, justru lupa untuk membangun
perekonomian kecil yang berada di bawahnya. Akibatnya, yang kaya menjadi
semakin kaya, dan yang miskin menjadi semakin miskin. Oleh karena itu,
pembagian kue pambangunan pun justru semakin dinikmati oleh kalangan atas.
Mungkin metode ini bisa digunakan di badan usaha seperti koperasi yaitu
dengan semakin besarnya badan usaha koperasi di suatu desa, pasti akan
berdampak pada para anggotanya yang mungkin juga bekerja menjadi petani,
pedagang dan sebagainya yang bisa mendapatkan SHU selama menjadi anggota
koperasi . Tetapi jika metode ini diterapkan di badan usaha seperti
koperasi mungkin akan sedikit sulit pengadaptasiannya dikarenakan koperasi
yang ruang lingkupnya masih terbilang sangat kecil.
3. Industri 4.0
Industri 4.0 adalah tren di dunia industri yang menggabungkan teknologi
otomatisasi dengan teknologi cyber.
Pada industri 4.0, teknologi manufaktur sudah masuk pada tren otomatisasi
dan pertukaran data. Hal tersebut mencakup sistem cyber-fisik, internet of things (IoT), komputasi awan, dan komputasi kognitif.
Tren ini telah mengubah banyak bidang kehidupan manusia, termasuk
ekonomi
, dunia kerja, bahkan gaya hidup manusia itu sendiri. Singkatnya, revolusi
4.0 menanamkan teknologi cerdas yang dapat terhubung dengan berbagai bidang
kehidupan manusia.
Metode ini bisa diterapkan dalam badan usaha koperasi yaitu dengan
menjadikan koperasi sebagai badan usaha desa yang berbasis teknologi, tidak
ada yang tidak mungkin jika koperasi menerapkan metode ini koperasi bisa
menjadi lebih berkembang seperti sistem transaksi koperasi yang biasanya
konvesional di ubah menjadi lebih modern seperti pembayaran menggunakan
e-money sehingga masyarakat mungkin akan lebih tertarik untuk bergabung
dengan koperasi, karena koperasi tersebut sudah seperti badan usaha lainnya
yang sudah menggunakan teknologi yang sama persis.
Referensi :
1.
https://kawanpendi.com/2016/05/26/mckinsey-7s-framework-sebuah-model-manajemen-untuk-melihat-efektifitas-sebuah-organisasi/
Tanggal Akses: Jumat, 15 November 2019. Pukul 20:17
2.
https://www.kompasiana.com/shindy/58c9e57e2223bd7d598958ef/trickle-down-effect-atau-trickle-up-effect
Tanggal Akses: Jumat, 15 November 2019. Pukul 21:42
3.
https://www.maxmanroe.com/revolusi-industri-4-0.html
Tanggal Akses: Jumat, 15 November 2019. Pukul 22:10
0 komentar:
Post a Comment